PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu Provinsi
terluas memiliki potensi sumberdaya alam melimpah dimana sebagian besar potensi
tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Sumberdaya alam dan hasil-hasilnya
sebagian besar dieksport keluar negeri, sehingga Provinsi ini merupakan
penghasil devisa utama bagi negara, khususnya dari sektor Pertambangan,
Kehutanan dan hasil lainnya. Secara administratif Provinsi ini memiliki batas
wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Negara Bagian Sabah Malaysia Timur,
sebelah Timur berbatasan dengan sebagian (12 Mil) Selat Makasar dan Laut
Sulawesi, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Selatan,
sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi
Kalimantan Barat serta Negara Bagian Serawak Malaysia Timur.
Secara administratif Provinsi ini memiliki batas wilayah
sebelah Utara berbatasan dengan Negara Bagian Sabah Malaysia Timur, sebelah
Timur berbatasan dengan sebagian (12 Mil) Selat Makasar dan Laut Sulawesi,
sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Selatan, sebelah Barat
berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Kalimantan Barat
serta Negara Bagian Serawak Malaysia Timur.
Kalimantan Timur memiliki luas wilayah daratan 198.441,17
km2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km2 terletak antara 113º44’ Bujur Timur
dan 119º00’ Bujur Timur serta diantara 4º24’ Lintang Utara dan 2º25’ Lintang
Selatan.
Penduduk Kalimantan Timur tahun 2003 berjumlah 2.704.851
jiwa, tahun 2010 berdasarkan hasil sensus penduduk mencapai 3.553.143 jiwa.
Dengan demikian dalam kurun waktu tersebut jumlah penduduk Kalimantan Timur
meningkat sebesar 848.292 jiwa, dengan pertumbuhan penduduk setiap tahunnya
rata-rata 3,82 persen. Adapun komposisi penduduk menurut jenis kelamin pada
tahun 2010 terdiri dari penduduk laki-laki 1.871.690 jiwa (52,68 persen) dan
penduduk perempuan 1.681.453 jiwa (47,32 persen).
Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah atas dasar
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Provinsi
Kalimantan Timur telah melakukan pemekaran wilayah administrasi pemerintahan
hingga tahun 2007 Provinsi Kalimantan Timur telah berubah menjadi 14
Kabupaten/Kota masing-masing empat (4) Kota dan sepuluh (10) Kabupaten dengan
140 Kecamatan dan 1.445 Desa/Kelurahan.
Sepuluh Kabupaten tersebut adalah Paser dengan ibukota Tanah
Grogot, Kutai Barat dengan ibukota Sendawar, Kutai Kartanegara dengan ibukota
Tenggarong, Kutai Timur dengan ibukota Sangatta, Berau dengan ibukota Tanjung
Redeb, Malinau dengan ibukota Malinau, Bulungan dengan ibukota Tanjung Selor,
Nunukan dengan ibukota Nunukan, Penajam Paser Utara dengan ibukota Penajam dan
Tana Tidung dengan ibukota Tideng Pale (pemekaran dari Kabupaten Bulungan
disetujui pembentukannya pada sidang paripurna DPR RI pada tanggal 17 Juli
2007). Sedangkan empat Kota adalah Balikpapan ibukotanya Balikpapan,
Samarinda ibukotanya Samarinda, Tarakan ibukotanya Tarakan dan Bontang
ibukotanya Bontang.
Profil Prov
Kalimantan Timur
Hari Jadi
: 9 Januari
Dasar Hukum
: UU No. 25 Tahun 1956
Gubernur
: Dr. H. AWANG FAROEK ISHAK
Wakil Gubernur
: Drs. H. FARID WADJDY, M.Pd
Luas Wilayah Daratan
: 198.441,17 km2
Luas Pengelolaan laut
: 10.216,57 km2
Kabupaten / Kota
: 10 Kubupaten / 4 Kota
Kecamatan
: 140
Desa
: 1.445
Jumlah Rumah Tangga
: 879.523
Jumlah Penduduk
: 3.553.143 jiwa
Kepadatan Penduduk
: 18,18 jiwa/km2
Angkatan Kerja
: 1.648.445 jiwa
Jumlah Penduduk Miskin
: 285.400 ribu jiwa
Pertumbuhan Ekonomi
: 4,95
PDRB ADH Berlaku
: Rp. 320.858.565.000.000,-
PDRB Per Kapita ADH Berlaku
: Rp. 90.330.889,-
Pendapatan Asli Daerah
: Rp. 2.711.344/595.993,87,-
FLORA DAN
FAUNA YANG MENJADI MASKOT DARI KALIMANTAN TIMUR
FLORA
Anggrek Hitam (Coelogyne
pandurata)
Siapa yang tak mengenal anggrek
hitam (Coelogyne pandurata)?Keelokannya telah tersohor ke seantero Indonesia
bahkan dunia. Flora ini merupakan spesies asli Kalimantan. Salah satu
habitatnya berada di Cagar Alam Padang Luway yang secara administrasi terletak
di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Sekolaq Darat, Kecamatan Melak dan Kecamatan
Damai, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur.
Anggrek Hitam memiliki nama
ilmiah Coelogyne pandurata. Tumbuhan ini hidup bergerombol membentuk rumpun.
Bagian pangkalnya memiliki umbi yang berbentuk bulat telur agak pipih, dengan
dua helai daun elips yang menjulang ke atas. Kebanyakan orang mengira bahwa
bunga anggrek hitam berwarna hitam secara keseluruhan. Tetapi kenyataannya
tidaklah demikian. Bunga anggrek hitam berbentuk tangkai dengan jumlah kuntum
bunga antara 5-10 kuntum per tangkai. Warna bunganya didominasi oleh warna
hijau kekuningan pada bagian kelopak dan mahkotanya, sedang bagian bibir bunga
berwarna hitam dimana bagian dalam terdapat bintik-bintik warna hitam dengan
kombinasi garis-garis hitam. Keindahannya bisa dinikmatai saat musim berbunga
tiba.
Musim berbunga Anggrek Hitam biasanya terjadi pada akhir tahun antara bulan Oktober sampai Desember. Ketika musim bunga, terdapat ratusan kuntum bunga yang bisa kita temui di sana. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, anggrek hitam memiliki daya mistis. Masyarakat Dayak sangat menghormati anggrek hitam, mencurinya berarti merupakan pelanggaran terhadap hukum adat yang sulit terampuni.
Selain anggrek hitam, di dalam kawasan ini juga dapat dijumpai beberapa jenis anggrek lain seperti anggrek tebu (Gramatophyllum speciosum), anggrek merpati (Dendrobium cruminatum), anggrek merpati tanah (Bromheadia finlaysoniana) dan beberapa jenis anggrek lainnya. Selain itu dijumpai pula tumbuhan karnivora jenis kantong semar (Nepenthes sp).
Seiring dengan perkembangan waktu, keberadaan anggrek hitam di Cagar Alam Padang Luway kian terancam. Kebakaran hutan yang terjadi hampir sepanjang tahun merupakan ancaman serius akan keberadaannya. Kebakaran hebat beberapa tahun lalu sempat memporakporandakan kawasan ini dan sekarang menyisakan lahan kosong yang telah ditumbuhi semak belukar. Sebaran anggrek hitam di kawasan Cagar Alam Padang Luway saat ini hanya tersisa ± 45 Ha dari luas total kawasan sebesar 5000 Ha, yaitu yang terdapat di Kersik Luway. Sisanya berupa semak belukar, padang ilalang, areal terbuka dan perkebunan karet milik masyarakat setempat.
Musim berbunga Anggrek Hitam biasanya terjadi pada akhir tahun antara bulan Oktober sampai Desember. Ketika musim bunga, terdapat ratusan kuntum bunga yang bisa kita temui di sana. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, anggrek hitam memiliki daya mistis. Masyarakat Dayak sangat menghormati anggrek hitam, mencurinya berarti merupakan pelanggaran terhadap hukum adat yang sulit terampuni.
Selain anggrek hitam, di dalam kawasan ini juga dapat dijumpai beberapa jenis anggrek lain seperti anggrek tebu (Gramatophyllum speciosum), anggrek merpati (Dendrobium cruminatum), anggrek merpati tanah (Bromheadia finlaysoniana) dan beberapa jenis anggrek lainnya. Selain itu dijumpai pula tumbuhan karnivora jenis kantong semar (Nepenthes sp).
Seiring dengan perkembangan waktu, keberadaan anggrek hitam di Cagar Alam Padang Luway kian terancam. Kebakaran hutan yang terjadi hampir sepanjang tahun merupakan ancaman serius akan keberadaannya. Kebakaran hebat beberapa tahun lalu sempat memporakporandakan kawasan ini dan sekarang menyisakan lahan kosong yang telah ditumbuhi semak belukar. Sebaran anggrek hitam di kawasan Cagar Alam Padang Luway saat ini hanya tersisa ± 45 Ha dari luas total kawasan sebesar 5000 Ha, yaitu yang terdapat di Kersik Luway. Sisanya berupa semak belukar, padang ilalang, areal terbuka dan perkebunan karet milik masyarakat setempat.
Aktivitas masyarakat setempat juga turut memberikan dampak negatif kepada kawasan ini. Di dalam kawasan Cagar Alam, dengan mudah dapat dijumpai perkebunan karet milik masyarakat. Sungguh ironis memang, kawasan yang seharusnya dijaga keasliannya justru digunakan sebagai tempat bercocok tanam. Selain itu ditemukan pula pemukiman penduduk.
Selain ancaman kebakaran dan perambahan, adanya kebijakan Dinas Pariwisata Kabupaten Kutai Barat dengan memfungsikannya kawasan Cagar Alam Padang Luway sebagai tempat wisata semakin menambah peliknya permasalahan di kawasan ini. Padahal jika dilihat statusnya yang merupakan Cagar Alam, seharusnya kegiatan yang diijinkan hanyalah untuk kepentingan penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan dan kegiatan lain yang menunjang budidaya. Pencurian, sampah dan terganggunya habitat merupakan beberapa dampak negatif yang ditimbulkan dari kegiatan wisata.
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan Balai KSDA Kalimantan Timur tahun 2008, sampai saat ini di kawasan ini telah berdiri beberapa bangunan pendukung kegiatan pariwisata seperti: pusat informasi wisata bagi pengunjung (information center), sarana untuk berjualan makanan (gerobak/display untuk menaruh dagangan) dan portal masuk ke kawasan Cagar Alam. Belum lagi adanya pembangunan jalan pengangkut Batubara PT. Trubaindo yang lokasinya sangat dekat dengan batas Cagar Alam Padang Luway. Dikawatirkan jalan tersebut akan bertambah lebar dan semakin mengancam keberadaan Cagar Alam Padang Luway (Anonim, 2008).
Balai Konservasi Sumber Daya Alam sebagai institusi yang mengelola kawasan ini telah, sedang dan akan melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menjaga eksistensi kawasan ini. Dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki, Balai KSDA Kaltim telah melakukan upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan diantaranya, melakukan komunikasi dan sosialisasi dengan Dinas Pariwisata Kutai Barat dalam rangka menghentikan kegiatan wisata di Cagar Alam, menurunkan tingkat perambahan kawasan melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan, pembentukan kader konservasi dan sosialisasi peraturan perundang-undangan untuk meningkatkan kepedulian terhadap kawasan konservasi, perlindungan kawasan melalui kegiatan penjagaan kawasan dan pembentukan posko pemadam kebakaran yang bekerja sama dengan masyarakat dan instansi terkait.
Kegiatan yang sedang dilakukan diantaranya seperti operasi fungsional kawasan, patroli rutin kawasan, pengamanan rutin kawasan, operasi pencegahan dan penanggulangan kebakaran, sosialisasi penngendalian kebakaran hutan dan lahan melalui rapat koordinasi dan pembagian poster. Pada tahun 2010 Balai KSDA Kaltim berencana membangun gedung kantor Daerah Operasi Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (DaOps Dalkarhut), seperti yang telah dilakukan di Kabupaten Paser. Diharapkan dengan berdirinya kantor DAOPS Dalkarhut di Kabupaten Kutai Barat, permasalahan yang terkait dengan kebakaran hutan bisa segera teratasi.
Dengan banyaknya permasalahan yang terjadi di kawasan Cagar Alam Padang Luway semoga tidak malah menciutkan nyali kita dalam upaya menjaga kelestarian Cagar Alam Padang kontribusi dalam menjaga kelestarian anggrek hitam khususnya dan spesies lain yang menggantungkan hidupnya pada Cagar Alam Padang Luway. Semoga.
FAUNA
Pesut
Mahakam (Orcaella brevirostris)
Pesut
Mahakam (Orcaella brevirostris) bisa
jadi merupakan mamalia air paling langka di Indonesia. Populasi Pesut Mahakam
diperkirakan tidak lebih dari 70 ekor saja. Pun Pesut Mahakam yang merupakan
sub-populasi Orcaella brevirostris hanya bisa ditemukan di
Sungai Mahakam, Kalimantan Timur saja. Sehingga tidak mengherankan jika
kemudian Pesut Mahakam ditetapkan sebagai fauna identitas provinsi
Kalimantan Timur.
Pesut merupakan mamalia air yang
unik. Berbeda dengan lumba-lumba dan ikan paus, pesut (Orcaella brevirostris)
hidup di air tawar yang terdapat di sungai-sungai dan danau yang terdapat di
daerah tropis dan subtropis.
Pesut Mahakam adalah salah satu
sub-populasi pesut (Orcaella brevirostris) selain sub-populasi Sungai
Irrawaddi (Myanmar), sub-populasi Sungai Mekong (Kamboja, Laos, dan Vietnam),
sub-populasi Danau Songkhla (Thailand), dan sub-populasi Malampaya (Filipina).
Pesut yang termasuk salah satu satwa dilindungi di
Indonesia ini dalam bahasa Inggris disebut sebagai Irrawaddy
Dolphin atau Dolphin Snubfin.
Diskripsi
Pesut. Pesut Mahakam dewasa mempunyai
panjang tubuh hingga 2,3 meter dengan berat mencapai 130 kg. Tubuh Pesut
berwarna abu-abu atau kelabu sampai biru tua dengan bagian bawah berwarna lebih
pucat.
Bentuk badan pesut hampir
mendekati oval dengan sirip punggung mengecil dan agak ke belakang. Kepala
pesut berbentuk bulat dengan mata yang berukuran kecil. Bagian moncong pendek
dan tampak papak dengan lubang pernafasan. Sirip punggung berukuran kecil
terletak di belakang pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar, tidak ada
paruh. Sirip renangnya relatif pendek dan lebar.
Pesut bernafas dengan mengambil
udara di permukaan air. Binatang ini dapat juga menyemburkan air dari mulutnya.
Pesut bergerak dalam kawanan kecil. Meski pandangannya tidak begitu tajam dan
hidup dalam air yang mengandung lumpur, namun mempunyai kemampuan mendeteksi
dan menghindari rintangan-rintangan dengan menggunakan gelombang ultrasonik.
Habitat
dan Populasi. Pesut Mahakam (Orcaella
brevirostris sub-populasi sungai Mahakam) hidup di sungai Mahakam pada
daerah sekitar 180 km dari muara sungai hingga 600 km dari daerah hulu. Lokasi
yang diduga didiami mamalia air tawar ini antara lain Kedang Kepala, Kedang
Rantau, Belayan, Kedang Pahu, dan anak sungai Ratah, serta sebagai danau
Semayang dan Melintang (Kreb 1999, 2004).
Populasi Pesut Mahakam
diperkirakan antara 67 hingga 70 ekor (2005). Ancaman tertinggi kelangkaan
populasi Pesut Mahakam diakibatkan oleh belitan jaring nelayan. Selain itu juga
akibat terganggunya habitat baik oleh lalu-lintas perairan sungai Mahakam maupun
tingginya tingkat pencemaran air,
erosi, dan pendangkalan sungai akibat
pengelolaan hutan di sekitarnya.
Rendahnya populasi ini membuat
lumba-lumba air tawar ini menjadi salah satu binatang paling langka di
Indonesia. Sehingga tidak berlebihan jika kemudian IUCN Redlistmenyatakan status
konservasi Pesut Mahakam sebagai Critically Endangered (Kitis)
yaitu tingkat keterancaman tertinggi.
Di Indonesia sendiri, pesut
Mahakam di tetapkan sebagai satwa yang dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 tentang
Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Pesut Mahakam memang benar-benar
unik. Mamalia air yang hidup di air tawar dengan habitat dan persebarannya yang
terpisah-pisah di beberapa tempat yang salah satunya di Kalimantan, Indonesia.
Namun Pesut Mahakam juga satwa dengan ancaman kepunahan tertinggi dengan
populasi yang tidak lebih dari 70 ekor saja. Anugerah dan keunikan yang hanya
akan disia-siakan oleh bangsa yang bodoh, tentunya.
Keanekaragaman Hayati
Di kalimantan timur
kira-kira tumbuh sekitar 1000-189.000 jenis tumbuhan antara lain anggrek hitam
yang harga per bunganya dapat mencapai 100.000-500.000.
Sumber
Daya Alam
Masalah sumber daya
alam di sini terutama adalah penebangan hutan ilegal yang memusnahkan hutan
hujan, selain itu Taman
Nasional Kutai yang berada di Kab. Kutai Timur ini juga dirambah
hutannya. Kurang dari setengah hutan hujan yang masih tersisa, seperti Taman
Nasional Kayan Mentarang di bagian utara provinsi ini. Pemerintah
lokal masih berusaha untuk menghentikan kebiasaan yang merusak ini.
Perekonomian
Hasil utama provinsi
ini adalah hasil tambang seperti minyak, gas alam, dan batu bara. Sektor lain
yangkini sedang berkembang adalah agrikultur, pariwisata, dan industri
pengolahan.
Beberapa daerah
seperti Balikpapan dan Bontang mulai mengembangkan
kawasan industri berbagai bidang demi mempercepat pertumbuhan perekonomian.
Sementara kabupaten-kabupaten di Kaltim kini mulai membuka wilayahnya untuk
dibuat perkebunan seperti kelapa sawit,
dll.
Kalimantan Timur
memiliki beberapa tujuan pariwisata yang menarik seperti kepulauan Derawan di Berau, Taman
Nasional Kayan Mentarang dan Pantai
Batu Lamampu di Nunukan,
peternakan buaya di Balikpapan,
peternakan rusa di Penajam,
Kampung Dayak Pampang di Samarinda, Pantai Amal di Kota Tarakan, Pulau Kumala di Tenggarong, dan lain-lain. Di
kalimantan timur kira-kira tumbuh sekitar 1000-189.000 jenis tumbuhan antara
lain anggrek hitam yang harga per bunganya dapat mencapai 100.000-500.000 Tapi
ada kendala dalam menuju tempat-tempat di atas yaitu transportasi. Banyak
bagian di provinsi ini masih tidak memiliki jalan aspal, jadi banyak orang
berpergian dengan perahu dan pesawat terbang dan tak heran jika di Kalimantan
Timur memiliki banyak bandara perintis. Selain itu, akan ada rencana
pembuatan Highway Balikpapan-Samarinda-Bontang-Sangata demi memperlancar
perekonomian
PROVINSI
BANDAR LAMPUNG
Sejarah
Provinsi Lampung lahir pada tanggal 18 Maret 1964 dengan
ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964 yang kemudian menjadi
Undang-undang Nomor 14 tahun 1964. Sebelum itu Provinsi Lampung merupakan
Karesidenan yang tergabung dengan Provinsi Sumatera Selatan.
Kendatipun Provinsi Lampung sebelum tanggal 18 maret 1964
tersebut secara administratif masih merupakan bagian dari Provinsi Sumatera
Selatan, namun daerah ini jauh sebelum Indonesia merdeka memang telah
menunjukkan potensi yang sangat besar serta corak warna kebudayaan tersendiri
yang dapat menambah khasanah adat budaya di Nusantara yang tercinta ini. Oleh
karena itu pada zaman VOC daerah Lampung tidak terlepas dari incaran penjajahan
Belanda.
Lampung pernah menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanagara dan Kerajaan
Sunda sampai abad ke-16. Waktu Kesultanan
Banten menghancurkan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda maka Hasanuddin, sultan
Banten yang pertama, mewarisi wilayah tersebut dari Kerajaan Sunda. Hal ini
dijelaskan dalam buku The Sultanate of Banten tulisan Claude Guillot pada
halaman 19 sebagai berikut: From the beginning it was abviously Hasanuddin's
intention to revive the fortunes of the ancient kingdom of Pajajaran for his
own benefit. One of his earliest decisions was to travel to southern Sumatra,
which in all likelihood already belonged to Pajajaran, and from which came bulk
of the pepper sold in the Sundanese region.<refname="Claude
Guillot">Guillot, Claude. (1990). The sultanate
of Banten. Gramedia Book Publishing Division. hlm. 19.</ref>
Tatkala Banten dibawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa
(1651-1683) Banten berhasil menjadi pusat perdagangan yang dapat menyaingi VOC
di perairan Jawa, Sumatra dan Maluku. Sultan Ageng ini dalam upaya meluaskan
wilayah kekuasaan Banten mendapat hambatan karena dihalang-halangi VOC yang
bercokol di Batavia. Putra Sultan Ageng Tirtayasa yang bernama Sultan Haji
diserahi tugas untuk menggantikan kedudukan mahkota kesultanan Banten.
Dengan kejayaan Sultan Banten pada saat itu tentu saja tidak
menyenangkan VOC, oleh karenanya VOC selalu berusaha untuk menguasai kesultanan
Banten. Usaha VOC ini berhasil dengan jalan membujuk Sultan Haji sehingga
berselisih paham dengan ayahnya Sultan Agung Tirtayasa. Dalam perlawanan
menghadapi ayahnya sendiri, Sultan Haji meminta bantuan VOC dan sebagai
imbalannya Sultan Haji akan menyerahkan penguasaan atas daerah Lampung kepada
VOC. Akhirnya pada tanggal 7 April 1682 Sultan Ageng Tirtayasa disingkirkan dan
Sultan Haji dinobatkan menjadi Sultan Banten.
Dari perundingan-perundingan antara VOC dengan Sultan Haji
menghasilkan sebuah piagam dari Sultan Haji tertanggal 27 Agustus 1682 yang
isinya antara lain menyebutkan bahwa sejak saat itu pengawasan perdagangan
rempah-rempah atas daerah Lampung diserahkan oleh Sultan Banten kepada VOC yang
sekaligus memperoleh monopoli perdagangan di daerah Lampung.
Pada tanggal 29 Agustus 1682 iring-iringan armada VOC dan
Banten membuang sauh di Tanjung Tiram. Armada ini dipimpin oleh Vander Schuur
dengan membawa surat mandat dari Sultan Haji dan ia mewakili Sultan Banten.
Ekspedisi Vander Schuur yang pertama ini ternyata tidak berhasil dan ia tidak
mendapatkan lada yang dicari-carinya. Agaknya perdagangan langsung antara VOC
dengan Lampung yang dirintisnya mengalami kegagalan, karena ternyata tidak
semua penguasa di Lampung langsung tunduk begitu saja kepada kekuasaan Sultan Haji
yang bersekutu dengan kompeni, tetapi banyak yang masih mengakui Sultan Ageng
Tirtayasa sebagai Sultan Banten dan menganggap kompeni tetap sebagai musuh.
Sementara itu timbul keragu-raguan dari VOC apakah benar
Lampung berada dibawah Kekuasaan Sultan Banten, kemudian baru diketahui bahwa
penguasaan Banten atas Lampung tidak mutlak.
Penempatan wakil-wakil Sultan Banten di Lampung yang disebut
"Jenang" atau kadang-kadang disebut Gubernur hanyalah dalam mengurus
kepentingan perdagangan hasil bumi (lada).
Sedangkan penguasa-penguasa Lampung asli yang
terpencar-pencar pada tiap-tiap desa atau kota yang disebut "Adipati"
secara hirarkis tidak berada dibawah koordinasi penguasaan Jenang/ Gubernur.
Jadi penguasaan Sultan Banten atas Lampung adalah dalam hal garis pantai saja
dalam rangka menguasai monopoli arus keluarnya hasil-hasil bumi terutama lada,
dengan demikian jelas hubungan Banten-Lampung adalah dalam hubungan saling
membutuhkan satu dengan lainnya.
Selanjutnya pada masa Raffles berkuasa pada tahun 1811 ia
menduduki daerah Semangka dan tidak mau melepaskan daerah Lampung kepada
Belanda karena Raffles beranggapan bahwa Lampung bukanlah jajahan Belanda.
Namun setelah Raffles meninggalkan Lampung baru kemudian tahun 1829 ditunjuk
Residen Belanda untuk Lampung.
Dalam pada itu sejak tahun 1817 posisi Radin Inten semakin
kuat, dan oleh karena itu Belanda merasa khawatir dan mengirimkan ekspedisi
kecil dipimpin oleh Assisten Residen Krusemen yang menghasilkan persetujuan
bahwa :
Radin Inten memperoleh bantuan keuangan dari Belanda sebesar
f. 1.200 setahun.
Kedua saudara Radin Inten masing-masing akan memperoleh
bantuan pula sebesar f. 600 tiap tahun.
Radin Inten tidak diperkenankan meluaskan lagi wilayah
selain dari desa-desa yang sampai saat itu berada dibawah pengaruhnya.
Tetapi persetujuan itu tidak pernah dipatuhi oleh Radin
Inten dan ia tetap melakukan perlawanan-perlawanan terhadap Belanda.
Oleh karena itu pada tahun 1825 Belanda memerintahkan
Leliever untuk menangkap Radin Inten, namun dengan cerdik Radin Inten dapat
menyerbu benteng Belanda dan membunuh Liliever dan anak buahnya. Akan tetapi
karena pada saat itu Belanda sedang menghadapi perang Diponegoro (1825 - 1830),
maka Belanda tidak dapat berbuat apa-apa terhadap peristiwa itu. Tahun 1825
Radin Inten meninggal dunia dan digantikan oleh Putranya Radin Imba Kusuma.
Setelah Perang Diponegoro selesai pada tahun 1830 Belanda
menyerbu Radin Imba Kusuma di daerah Semangka, kemudian pada tahun 1833 Belanda
menyerbu benteng Radin Imba Kusuma, tetapi tidak berhasil mendudukinya. Baru
pada tahun 1834 setelah Asisten Residen diganti oleh perwira militer Belanda
dan dengan kekuasaan penuh, maka Benteng Radin Imba Kusuma berhasil dikuasai.
Radin Imba Kusuma menyingkir ke daerah Lingga, namun
penduduk daerah Lingga ini menangkapnya dan menyerahkan kepada Belanda. Radin
Imba Kusuma kemudian di buang ke Pulau Timor.
Dalam pada itu rakyat dipedalaman tetap melakukan
perlawanan, "Jalan Halus" dari Belanda dengan memberikan
hadiah-hadiah kepada pemimpin-pemimpin perlawanan rakyat Lampung ternyata tidak
membawa hasil. Belanda tetap merasa tidak aman, sehingga Belanda membentuk
tentara sewaan yang terdiri dari orang-orang Lampung sendiri untuk melindungi
kepentingan-kepentingan Belanda di daerah Telukbetung dan sekitarnya. Perlawanan
rakyat yang digerakkan oleh putra Radin Imba Kusuma sendiri yang bernama Radin
Inten II tetap berlangsung terus, sampai akhirnya Radin Inten II ini ditangkap
dan dibunuh oleh tentara-tentara Belanda yang khusus didatangkan dari Batavia.
Sejak itu Belanda mulai leluasa menancapkan kakinya di
daerah Lampung. Perkebunan mulai dikembangkan yaitu penanaman kaitsyuk,
tembakau, kopi, karet dan kelapa sawit. Untuk kepentingan-kepentingan
pengangkutan hasil-hasil perkebunan itu maka tahun 1913 dibangun jalan kereta
api dari Telukbetung menuju Palembang.
Hingga menjelang Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945
dan periode perjuangan fisik setelah itu, putra Lampung tidak ketinggalan ikut
terlibat dan merasakan betapa pahitnya perjuangan melawan penindasan penjajah
yang silih berganti. Sehingga pada akhirnya sebagai mana dikemukakan pada awal
uraian ini pada tahun 1964 Keresidenan Lampung ditingkatkan menjadi Daerah
Tingkat I Provinsi Lampung.
Kejayaan Lampung sebagai sumber lada hitam pun mengilhami
para senimannya sehingga tercipta lagu Tanoh Lada. Bahkan, ketika Lampung
diresmikan menjadi provinsi pada 18 Maret 1964, lada hitam menjadi salah satu
bagian lambang daerah itu. Namun, sayang saat ini kejayaan tersebut telah
pudar.
Geografi
Provinsi Lampung memiliki luas 35.376,50 km² dan
terletak di antara 105°45'-103°48' BT dan 3°45'-6°45' LS. Daerah ini di sebelah
barat berbatasan dengan Selat Sunda dan di sebelah timur dengan Laut Jawa.
Beberapa pulau termasuk dalam wilayah Provinsi Lampung, yang sebagian besar
terletak di Teluk Lampung, di antaranya: Pulau Darot, Pulau Legundi, Pulau
Tegal, Pulau Sebuku, Pulau Ketagian, Pulau Sebesi, Pulau Poahawang, Pulau
Krakatau, Pulau Putus dan Pulau Tabuan. Ada juga Pulau Tampang dan Pulau Pisang
di yang masuk ke wilayah Kabupaten Lampung
Barat.
Keadaan alam Lampung, di sebelah barat dan selatan, di
sepanjang pantai merupakan daerah yang berbukit-bukit sebagai sambungan dari
jalur Bukit
Barisan di Pulau
Sumatera. Di
tengah-tengah merupakan dataran rendah. Sedangkan ke dekat pantai di sebelah
timur, di sepanjang tepi Laut Jawa terus ke utara, merupakan perairan yang
luas.
Gunung
Gunung-gunung yang puncaknya cukup tinggi, antara lain:
Gunung Pesagi (2262 m) di Liwa, Lampung Barat
Gunung Seminung (1.881 m) di Sukau, Lampung Barat
Gunung Tebak (2.115 m) di
Sumberjaya, Lampung Barat
Gunung Rindingan (1.506
m) di Pulau Panggung, Tanggamus
Gunung Pesawaran (1.662
m) di Kedondong, Pesawaran
Gunung Betung (1.240 m) di
Teluk Betung, Bandar Lampung
Gunung Rajabasa (1.261 m) di Kalianda, Lampung
Selatan
Gunung Tanggamus (2.156 m) di Kotaagung, Tanggamus
Gunung Krakatau di Selat Sunda, Lampung Selatan
Gunung Sekincau Liwa, Lampung barat
Gunung Ratai di Padang Cermin, Pesawaran
Eksplorasi gunung
Gunung-gunung lampung memang tak setinggi gunung-gunung di
pulau jawa, tetapi memili kesulitan yang cukup tinggi untuk mendakinya, karena
memiliki tingkat kerapatan yang tinggi pula. Mahasiswa pecinta alam universitas
lampung (MAPALA UNILA)adalah salah satu organisasi yang sering melakukan
penelitian,pendataan dan eksplorasi gunung-gunung di lampung yang masih perawan
dan belum terjamah oleh tangan manusia. selain gunung, MAPALA UNILA juga telah
banyak melakukan eksplorasi seperti goa didaerah lampung barat(krui), penyu,
tebing, sungai, pantai, pulau-pulau disekitar lampung, daerah-daerah terpencil
DLL yang ada didaerah lampung.
Sungai
Sungai-sungai yang mengalir di daerah Lampung menurut
panjang dan cathment area (c.a)-nya adalah:
Way Sekampung, panjang
265 km, c.a. 4.795,52 km2
Way Semaka, panjang 90 km,
c.a. 985 km2
Way Seputih, panjang
190 km, c.a. 7.149,26 km2
Way Jepara, panjang 50 km,
c.a. 1.285 km2
Way Tulangbawang, panjang 136 km, c.a. 1.285
km2
Way Mesuji, panjang
220 km, c.a. 2.053 km2
Way Sekampung mengalir di daerah kabupaten Tanggamus, Pringsewu,
Pesawaran dan Lampung Selatan. Anak sungainya banyak, tetapi tidak ada yang
panjangnya sampai 100 km. Hanya ada satu sungai yang panjangnya 51 km
dengan c.a. 106,97 km2 ialah Way Ketibung di Kalianda.
Way Seputih mengalir di daerah kabupaten Lampung Tengah
dengan anak-anak sungai yang panjangnya lebih dari 50 km adalah:
Way Terusan, panjang
175 km, c.a. 1.500 km2
Way Pengubuan, panjang
165 km, c.a. 1.143,78 km2
Way Pegadungan, panjang
80 km, c.a. 975 km2
Way Raman, panjang 55 km,
c.a. 200 km2
Way Tulangbawang mengalir di kabupaten Tulangbawang dengan
anak-anak sungai yang lebih dari 50 km panjangnya, di antaranya:
Way Kanan, panjang 51 km, c.a. 1.197 km2
Way Rarem, panjang
53,50 km, c.a. 870 km2
Way Umpu, panjang 100 km,
c.a. 1.179 km2
Way Tahmy, panjang 60 km,
c.a. 550 km2
Way Besay, panjang 113 km,
c.a. 879 km2
Way Giham, panjang 80 km,
c.a. 506,25 km2
Way Mesuji yang mengalir di perbatasan provinsi Lampung dan
Sumatera Selatan di sebelah utara mempunyai anak sungai bernama Sungai Buaya,
sepanjang 70 km dengan c.a. 347,5 km2.
Hutan-hutan besar di dataran rendah dapat dikatakan sudah
habis dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan pertanian, untuk para
transmigran yang terus-menerus memasuki daerah ini. Kayu-kayu hasil hutan
diekspor ke luar negeri. Hutan-hutan yang masih ada, yang tanahnya dapat
dikatakan belum banyak dibuka sebagian besar terletak di sebelah barat, di
daerah Bukit Barisan Selatan.
Beberapa kota di daerah provinsi Lampung yang tingginya 50 m
lebih dari permukaan laut adalah: Tanjungkarang (96 m), Kedaton (100 m), Metro
(53), Gisting (480 m), Negeri sakti (100 m), Pringsewu (50 m), Pekalongan (50
m), Batanghari (65 m), Punggur (50 m), Padang ratu (56 m), Wonosobo (50 m),
Kedondong (80 m), Sidomulyo (75 m), Kasui (200 m), Sri Menanti (320 m) dan Kota Liwa
(850 m).
Ekonomi
Masyarakat pesisir lampung kebanyakan nelayan, dan bercocok
tanam. Sedangkan masyarakat tengah kebanyakan berkebun lada, kopi, cengkeh,
kayu manis dll.
Lampung fokus pada pengembangan lahan bagi perkebunan besar
seperti kelapa sawit, karet, padi, singkong, kakao, lada hitam, kopi, jagung,
tebu dll. Dan di beberapa daerah pesisir, komoditas perikanan seperti tambak
udang lebih menonjol, bahkan untuk tingkat nasional dan internasional. Selain
hasil bumi Lampung juga merupakan kota pelabuhan karena lampung adalah pintu
gerbang untuk masuk ke pulau sumatra. dari hasil bumi yang melimpah tumbuhlah
banyak industri-industri seperti di daerah pesisir panjang, daerah natar, tanjung
bintang, bandar jaya dll
Kota-kota penting di Provinsi Lampung adalah :
Natar dan Kota-kota Satelit Bandar
Lampung
Pariwisata
Tahun 2009 Pemerintah Provinsi Lampung mencanangkan tahun
kunjungan wisata. Jenis Wisata yang dapat dikunjungi di Lampung adalah Wisata
Budaya di beberapa Kampung Tua di Sukau, Liwa, Kembahang, Batu Brak, Kenali,
Ranau dan Krui di Lampung Barat serta Festival Sekura yang diadakan dalam
seminggu setelah Idul Fitri di Lampung Barat, Festival Krakatau di Bandar Lampung,
Festival Teluk Stabas di Lampung Barat, Festival Teluk Semaka di Tanggamus, dan
Festival Way Kambas di Lampung Timur.
Transportasi
Untuk mengakses Provinsi Lampung, dari arah Aceh dapat
menggunakan jalur darat melalui jalan lintas tengah Sumatera, Jalan Lintas
Timur Sumatera, dan Jalan Lintas Barat Sumatera. Atau bisa menggunakan jalur
udara, melalui Bandar Udara Radin Inten II. Juga untuk
jalur laut bisa menggunakan Pelabuhan Bakauheni. Kondisi seluruh jalan akses
menuju Lampung dalam kondisi baik. Untuk jalan lintas Sumatera (status jalan
nasional), seringkali mengalami kerusakan akibat beban jalan yang tinggi karena
dilintasi oleh kendaraan barang dari seluruh daerah.
Industri
Sebagai gerbang Sumatera, di Lampung sangat potensial
berkembang berbagai jenis industri. Mulai dari industri kecil (kerajinan)
hingga industri besar, terutama di bidang agrobisnis.
Industri penambakan udang termasuk salah satu tambak yang
terbesar di dunia setelah adanya penggabungan usaha antara Bratasena, Dipasena
dan Wachyuni Mandira.
Terdapat juga pabrik gula dengan produksi per tahun mencapai
600.000 ton oleh 2 pabrik yaitu Gunung Madu Plantation dan Sugar Group. pada
tahun 2007 kembali diresmikan pembangunan 1 pabrik gula lagi dibawah PT. Pemuka
Sakti Manis Indah (PSMI) yang diproyeksikan akan mulai produksi pada tahun
2008.
Industri agribisnis lainnya: ketela (ubi), kelapa sawit,
kopi robusta, lada, coklat, kakao, nata de coco dan lain-lain.
Tapis Lampung
Kain Tapis adalah pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk
kain sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan
sugi, benang perak atau benang emas dengan sistem sulam (Lampung;
"Cucuk").
Dengan demikian yang dimaksud dengan Tapis Lampung adalah
hasil tenun benang kapas dengan motif, benang perak atau benang emas dan
menjadi pakaian khas suku Lampung. Jenis tenun ini biasanya digunakan pada
bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas dengan
motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan
benang perak.
Tapis Lampung termasuk kerajian tradisional karena peralatan
yang digunakan dalam membuat kain dasar dan motif-motif hiasnya masih sederhana
dan dikerjakan oleh pengerajin. Kerajinan ini dibuat oleh wanita, baik ibu
rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk mengisi
waktu senggang dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang
dianggap sakral. Kain Tapis saat ini diproduksi oleh pengrajin dengan ragam
hias yang bermacam-macam sebagai barang komoditi yang memiliki nilai ekonomis
yang cukup tinggi.
Perguruan Tinggi
Politik dan pemerintahan
Kabupaten dan Kota
No.
|
Kabupaten/Kota
|
Pusat pemerintahan
|
Kecamatan
|
Kelurahan/desa
|
Logo
|
Lokasi
|
1
|
||||||
2
|
||||||
3
|
||||||
4
|
||||||
5
|
||||||
6
|
||||||
7
|
||||||
8
|
||||||
9
|
||||||
10
|
||||||
11
|
||||||
12
|
||||||
13
|
||||||
14
|
Tanjung Karang
|
|||||
15
|
-
|
Daftar gubernur
No
|
Foto
|
Nama
|
Mulai Jabatan
|
Akhir Jabatan
|
Keterangan
|
Wakil Gubenur
|
1.
|
1966
|
Nadirsyah Zaini
(1966) |
||||
—
|
Juli 1966
|
April 1967
|
Pejabat
Gubernur
|
|||
2
|
5 April 1967
|
5 April 1972
|
Gubernur
Definitif
|
|||
—
|
1972
|
1973
|
Pejabat
Gubernur
|
|||
3
|
1978
|
|||||
4
|
1988
|
A. Subki Harun
(1984-1988) |
||||
5
|
1993
|
Masa
jabatan Periode 1
|
Man Hasan
(1989-1993) |
|||
1997
|
Masa
jabatan Periode 2
|
|||||
—
|
1 Oktober 1997
|
5 Februari 1998
|
||||
6
|
5 Februari 1998
|
5 Februari 2003
|
Lowong
|
|||
—
|
2 Juni 2004
|
Pejabat
Gubernur
|
||||
7
|
2 Juli 2008
|
Masa
jabatan Periode 1
|
||||
—
|
Pejabat
Gubernur
|
Lowong
|
||||
(7)
|
Masa
jabatan Periode 2
|
|||||
8.
|
Sekarang
|
Seni dan budaya
Sastra
Lampung menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan sastra, baik sastra
(berbahasa) Indonesia
maupun sastra (berbahasa) Lampung. Kehidupan sastra (Indonesia) di Lampung
dapat dikatakan sangat ingar-bingar meskipun usia dunia kesusastraan Lampung
relatif masih muda. Penyair Iwan Nurdaya-Djafar
yang baru kembali ke Lampung setelah selesai kuliah di Bandung sekitar
1980-an mengaku kepenyairan di Lampung masih sepi. Dia baru menjumpai Isbedy
Stiawan ZS, A.M. Zulqornain, Sugandhi Putra, Djuhardi Basri, Naim Emel Prahana dan
beberapa nama lainnya.
Barulah memasuki 1990-an kemudian Lampung mulai semarak
dengan penyair-penyair seperti Iswadi
Pratama, Budi P. Hatees, Panji Utama,
Udo Z.
Karzi, Ahmad Yulden Erwin, Christian Heru Cahyo
dan lain-lain. Menyusul kemudian Ari Pahala Hutabarat,
Budi Elpiji, Rifian A. Chepy, Dahta Gautama dkk. Kini ada Dina
Oktaviani, Alex R. Nainggolan, Jimmy Maruli Alfian, Y. Wibowo, Inggit Putria Marga, Nersalya Renata dan Lupita Lukman. Selain itu
ada cerpenis Dyah Merta dan M. Arman AZ..
Leksikon Seniman
Lampung (2005) menyebutkan tidak kurang dari 36 penyair/sastrawan
Lampung yang meramaikan lembar-lembar sastra koran, jurnal dan majalah seantero
negeri.
Teater
Perkembangan teater di Lampung banyak dilatarbelakangi dari
keinginan para pelajar dan mahasiswa yang tergabung dalam kelompok seni untuk
mendalami seni peran dan pertunjukkan. Beberapa kelompok teater kampus dan
pelajar yang masih tercatat aktif sampai saat ini adalah teater Kurusetra (UKMBS
Unila), KSS (FKIP Unila), Green Teater (Umitra), Teater Biru (Darmajaya),
Teater Kapuk (STAIN Metro), Teater Sudirman 41 (SMAN 1 Bandar Lampung), Teater
Gemma (SMAN 2 Bandar Lampung), Teater Palapa (SMAN 3 Bandar Lampung), Teater
Sanggar Madani(SMAN 5 Bandar Lampung), Teater Handayani (SMAN 7 Bandar
Lampung), Kolastra (SMAN 9 Bandar Lampung), Teater Sebelas (SMAN 11 Bandar
Lampung), Teater Pelopor (SMA Perintis 1 Bandar Lampung), Insyaallah Teater
(SMU Perintis 2 Bandar Lampung), Teater Cupido (SMAN 1 Sumberjaya).
Sedangkan beberapa teater yang digerakkan seniman-seniman
Lampung yaitu Teater Satu, Komunitas Berkat Yakin (Kober), Teater Kuman, Teater
Sendiri. Penggerak teater di Lampung yang masih eksis mengembangkan seni
pertunjukkan teater melalui karya-karyanya antara lain Iswadi Pratama, Ari
Pahala Hutabarat, Robi akbar, M. Yunus, Edi Samudra Kertagama, Ahmad Jusmar,
Imas Sobariah, Ahmad Zilalin, Darmawan. Lampung tidak hanya dikenal banyak
melahirkan sastrawan-sastrawan baru namun aktor-aktor potensial pun juga tidak
sedikit yang muncul seperti, Rendie Dadang Yusliadi, Robi Akbar, Eyie, Iin
Mutmainah, M Yunus, Dedi Nio, Liza Mutiara Afriani, Iskandar GB, Ruth Marini.
Dalam tiap tahunnya even-even teater seperti pertunjukan,
lomba, workshop dan diskusi kerap digelar di Provinsi ini serta tempat tempat
yang sering digunakan adalah Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Lampung,
Auditorium RRI, GSG UNILA, Academic Centre STAIN Metro, Gedung PKM Unila, Aula
FKIP Unila, Pasar Seni Enggal.
Adapun even tahunan teater yang terbesar di Lampung adalah
Liga Teater SLTA se-Provinsi Lampung sebagai ajang apresiasi para aktor Pelajar
Lampung yang kualitasnya tidak kalah dengan pelajar di luar Lampung.
Musik
Sebagaimana sebuah daerah, Lampung memiliki beraneka ragam
jenis musik, mulai dari jenis tradisional hingga modern (musik modern yang
mengadopsi kebudayaan
musik global). Adapun jenis musik yang masih bertahan hingga sekarang adalah
Klasik Lampung. Jenis musik ini biasanya diiringi oleh alat musik gambus dan
gitar akustik. Mungkin jenis musik ini merupakan perpaduan budaya Islam dan
budaya asli itu sendiri. Beberapa kegiatan festival diadakan dengan tujuan
untuk mengembangkan budaya musik tradisional tanpa harus khawatir akan
kehilangan jati diri. Festival Krakatau, contohnya adalah sebuah Festival yang diadakan
oleh Pemda Lampung yang bertujuan untuk mengenalkan Lampung kepada dunia luar
dan sekaligus menjadi ajang promosi pariwisata.
Tarian
Ada berbagai jenis tarian yang merupakan aset budaya
Provinsi Lampung. Salah satu jenis tarian yang terkenal adalah Tari Sembah dan Tari Melinting (saat ini
nama Tari Sembah sudah dibakukan menjadi Sigeh Pengunten). Ritual
tari sembah biasanya diadakan oleh masyarakat lampung untuk menyambut dan memberikan
penghormatan kepada para tamu atau undangan yang datang, mungkin bolehlah
dikatakan sebagai sebuah tarian penyambutan. Selain sebagai ritual penyambutan,
tari sembah pun kerap kali dilaksanakan dalam upacara adat pernikahan
masyarakan Lampung.
Busana Adat
Daerah Lampung dikenal sebagai penghasil kain tapis, kain
tenun bersulam benang emas yang indah. Kain ini dibuat oleh wanita. Pada
penyelenggaraan upacara adat, seperti perkawinan, tapis yang dipenuhi sulaman
benang emas dengan motif yang indah merupakan kelengkapan busana adat daerah
Lampung.
Dalam keseharian laki-laki Lampung mengikat kepalanya dengan
kikat. Bahannya dari kain batik. Bila dipakai dalam kerapatan adat dipadukan
dengan baju teluk belanga dan kain. Lelaki muda Lampung lebih menyukai memakai
kepiah/ketupung, yaitu tutup kepala berbentuk segi empat berwarna hitam terbuat
dari kain tebal, apalagi kalau ingin bertemu dengan gadis. Untuk mengiring
pengantin dikenakan kekat akkin, yaitu destar dengan bagian tepi dihias
bunga-bunga dari benang emas dan bagian tengah berhiaskan siger, serta di salah
satu sudutnya terdapat sulaman benang emas berupa bunga tanjung dan bunga
cengkeh.
Sebagai penutup badan dikenakan kawai, yaitu baju berbentuk
teluk belanga belah buluh atau jas. Baju ini terbuat dari bahan kain tetoron
atau belacu dan lebih disukai yang berwarna terang. Tetapi sekarang banyak
digunakan kawai kemija, yaitu bentuk kemeja seperti pakaian sekolah atau
moderen. Pemakaian kawai kemija ini sudah biasa untuk menyertai kain dan peci,
ketika menghadiri upacara adat sekalipun.
Bagian bawah mengenakan senjang, yaitu kain yang dibuat dari
kain Samarinda. Bugis atau batik Jawa. Tetapi sekarang telah dikenal adanya
celanou (celana) pendek dan panjang sebagai penganti kain.
Kaum wanita Lampung sehari-hari memakai kanduk/kakambut atau
kudung sebagai penutup kepala yang dililitkan. Bahannya dari kain halus tipis
atau sutera. Selain itu, kaum ibu kadangkadang menggunakannya sebagai kain
pengendong anak kecil.
Lawai kurung digunakan sebagai penutup badan, memiliki
bentuk seperti baju kurung. Baju ini terbuat dari bahan tipis atau sutra dan
pada tepi muka serta lengan biasa dihiasi rajutan renda halus. Sebagai kain
dikenakan senjang atau cawol. Untuk mempererat ikatan kain (senjang) dan celana
di pinggang laki-laki digunakan bebet (ikat pinggang), sedangkan wanitanya
menggunakan setagen. Perlengkapan lain yang dikenakan oleh laki-laki Lampung
adalah selikap, yaitu kain selendang yang dipakai untuk penahan panas atau
dingin yang dililitkan di leher. Pada waktu mandi di sungai, kain ini dipakai
sebagai kain basahan. Selikap yang terbuat dari kain yang mahal dipakai saat
menghadiri upacara adat dan untuk melakukan ibadah ke masjid.
Untuk menghadiri upacara adat, seperti perkawinan kaum
wanita, baik yang gadis maupun yang sudah kawin, menyanggul rambutnya (belatung
buwok). Cara menyanggul seperti ini memerlukan rambut tambahan untuk melilit
rambut ash dengan bantuan rajutan benang hitam halus. Kemudian rajutan tadi
ditusuk dengan bunga kawat yang dapat bergerak-gerak (kembang goyang).
Khusus bagi wanita yang baru menikah, pada saat menghadiri
upacara perkawinan mengenakan kawai/kebayou (kebaya) beludru warna hitam dengan
hiasan rekatan atau sulaman benang emas pada ujung-ujung kebaya dan bagian
punggungnya. Dikenakan senjang/ cawol yang penuhi hiasan terbuat dari bahan
tenun bertatah sulam benang emas, yang dikenal sebagai kain tapis atau kain
Lampung. Sulaman benang emas ada yang dibuat berselang-seling, tetapi ada yang
disulam hampir di seluruh kain.
Para ibu muda dan pengantin baru dalam menghadiri upacara
adat mengenakan kain tapis bermotif dasar bergaris dari bahan katun bersulam
benang emas dan kepingan kaca. Di bahunya tersampir tuguk jung sarat, yaitu
selendang sutra bersulam benang emas dengan motif tumpal dan bunga tanjung.
Selain itu, juga dapat dikenakan selekap balak, yaitu selendang sutra disulam
dengan emas dengan motif pucuk rebung, di tengahnya bermotifkan siger yang di
kelilingi bunga tanjung, bunga cengkeh dan hiasan berupa ayam jantan.
Untuk memperindah dirinya dipergunakan berbagai asesoris
terbuat dari emas. Selambok/rattai galah, yaitu kalung leher (monte) berangkai
kecil-kecil dilengkapi dengan leontin dari batu permata yang ikat dengan emas.
Kelai pungew, yaitu gelang yang dipakai di lengan kanan atau kiri, biasanya
memiliki bentuk seperti badan ular (kalai ulai). Pada jari tengah atau manis
diberi cincin (alali) dari emas, perak atau suasa diberi mata dari permata.
Dikenakan pula kalai kukut, yaitu gelang kaki yang biasanya berbentuk badan ular
melingkar serta dapat dirangkaikan. Kalai kukut ini dipakai sebagai
perlengkapan pakaian masyarakat yang hidup di desa, kecuali saat pergi ke
ladang.
Pakaian mewah dipenuhi dengan warna kuning keemasan dapat
dijumpai pada busana yang dikenakan pengantin daerah Lampung. Mulai dari kepala
sampai ke kaki terlihat warna kuning emas.
Di kepala mempelai wanita bertengger siger, yaitu mahkota
berbentuk seperti tanduk dari lempengan kuningan yang ditatah hias
bertitik-titik rangkaian bunga. Siger ini berlekuk ruji tajam berjumlah
sembilan lekukan di depan dan di belakang (siger tarub), yang setiap lekukannya
diberi hiasan bunga cemara dari kuningan (beringin tumbuh). Puncak siger diberi
hiasan serenja bulan, yaitu kembang hias berupa mahkota berjumlah satu sampai tiga
buah. Mahkota kecil ini mempunyai lengkungan di bagian bawah dan beruji
tajam-tajam pada bagian atas serta berhiaskan bunga. Pada umumnya terbuat dari
bahan kuningan yang ditatah.
Badan mempelai dibungkus dengan sesapur, yaitu baju kurung
bewarna putih atau baju yang tidak berangkai pada sisinya dan di tepi bagian
bawah berhias uang perak yang digantungkan berangkai (rambai ringgit). Sebagai
kainnya dikenakan kain tapis dewo sanow (kain tapis dewasana) dipakai oleh
wanita pada waktu upacara besar (begawi) dari bahan katun bersulam emas dengan
motif tumpal atau pucuk rebung. Kain ini dibuat beralaskan benang emas, hingga
tidak nampak kain dasarnya. Bila kain dasarnya masih nampak disebut jung sarat.
Jenis tapis dewasana merupakan hasil tenunan sendiri, yang sekarang sangat
jarang dibuat lagi.
Pinggang mempelai wanita dilingkari bulu serti, yaitu ikat
pinggang yang terbuat dari kain beludru berlapis kain merah. Bagian atas ikat
pinggang ini dijaitkan kuningan yang digunting berbentuk bulat dan bertahtakan hiasan
berupa bulatan kecil-kecil. Di bawah bulu serti dikenakan pending, yaitu ikat
pinggang dari uang ringgitan Belanda dengan gambar ratu Wihelmina di bagian
atas.
Pada bagian dada tergantung mulan temanggal, yaitu hiasan
dari kuningan berbentuk seperti tanduk tanpa motif, hanya bertatah dasar.
Kemudian dinar, yaitu uang Arab dari emas diberi peniti digantungkan pada
sesapur, tepatnya di bagian atas perut. Dikenakan pula buah jukum, yaitu hiasan
berbentuk buah-buah kecil di atas kain yang dirangkai menjadi untaian bunga
dengan benang dijadikan kalung panjang. Biasanya kalung ini dipakai melingkar
mulai dari bahu ke bagian perut sampai ke belakang.
Gelang burung, yaitu hiasan dari kuningan berbentuk burung
bersayap yang diikatkan pada lengan kiri dan kanan, tepatnya di bawah bahu. Di
atasnya direkatkan bebe, yaitu sulaman kain halus yang berlubang-lubang.
Sementara gelang kana, terbuat dari kuningan berukir dan gelang Arab, yang
memiliki bentuk sedikit berbeda, dikenakan bersama-sama di lengan atas dan bawah.
Mempelai laki-laki mengenakan kopiyah mas sebagai mahkota.
Bentuknya bulat ke atas dengan ujung beruji tajam. Bahannya dari kuningan
bertahtakan hiasan karangan bunga. Badannya ditutup dengan sesapur warna putih
berlengan panjang. Dipakai celanou (celana) panjang dengan warna sama dengan
warna baju.
Pada pinggang dibalutkan tapis bersulam benang emas penuh
diikat dengan pending. Bagian dada dilibatkan membentuk silang limar, yaitu
selendang dari sutra disulam benang emas penuh. Lengan dihias dengan gelang
burung dan gelang kana. Perlengkapan lain yang menghiasi badan sama seperti
yang dikenakan oleh mempelai wanita. Kaki kedua mempelai dibungkus dengan selop
beludru warna hitam.
Rumah Adat
Rumah tradisional adat Lampung, atau yang sering disebut
Nuwo Sesat, memiliki ciri khas seperti: berbentuk panggung, atap terbuat dari
anyaman ilalang, terbuat dari kayu dikarenakan untuk menghindari serangan hewan
dan lebih kokoh bila terjadi gempa bumi, karena masyarakat lampung telah
mengenal gempa dari zaman dahulu dan lampung terletak di pertemuan lempeng Asia
dan Australia.
REFERENSI:
(KALIMANTAN TIMUR)
(BANDAR LAMPUNG)




































No comments:
Post a Comment